TIMES WAMENA, WONOSOBO – Umat Buddha di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, memperingati Hari Raya Waisak hari ini.
Di berbagai vihara dan candi, seperti Candi Borobudur misalnya, perayaan Waisak menjadi momen sakral yang mengingatkan kembali pada nilai-nilai luhur ajaran Buddha: cinta kasih, kebijaksanaan, dan pembebasan dari penderitaan.
Hari Waisak sendiri memperingati tiga peristiwa suci dalam kehidupan Sang Buddha Gautama yang dikenal sebagai Tri Suci Waisak, yaitu:
- Kelahiran Pangeran Siddhartha Gautama di Taman Lumbini
- Pencapaian Penerangan Sempurna (Bodhi) di bawah pohon Bodhi di Bodh Gaya
- Parinibbana atau wafatnya Sang Buddha di Kusinara
Ketiga peristiwa ini menjadi landasan penting dalam ajaran Buddha, yang mengajarkan umat manusia untuk hidup penuh kesadaran, menghindari kebencian, dan membebaskan diri dari keinginan yang menjadi sumber penderitaan.
Dalam suasana Waisak tahun ini, para bhikkhu dan umat menggelar puja bakti, meditasi bersama, dan pelepasan lampion sebagai simbol pelepasan penderitaan dan harapan menuju kebahagiaan sejati.
Tidak hanya sebagai perayaan spiritual, Waisak juga menjadi ajakan untuk refleksi diri.
"Penghormatan atau puja tertinggi pada Buddha adalah dengan melaksanakan Dhamma dalam berbagai segi kehidupan, baik kehidupan sehari-hari, beragama, berbangsa dan bernegara," kata Amat, S.Ag., Penyuluh Agama Buddha PNS Kankemenag Deli Serdang, dalam salah satu kutipannya dilansir dari kemenag.go.id.
Refleksi dari Waisak mendorong semua kalangan, tidak hanya umat Buddha, untuk memperkuat nilai kemanusiaan
. Di tengah dunia yang sering dilanda konflik dan ketidakadilan, ajaran Buddha tentang welas asih (karuṇā), tanpa kekerasan (ahiṃsā), dan jalan tengah (Majjhima Patipada) yang masih sangat relevan.
Sebagaimana Sang Buddha pernah bersabda dalam dhammapada syair ke-5, “Kebencian tidak akan berakhir dengan kebencian, tetapi hanya dengan cinta kasih. Itulah hukum abadi."
Dalam semangat Waisak, marilah kita menanam benih-benih kedamaian, mulai dari dalam diri, agar dunia ikut berubah. Seperti Sang Buddha mengajarkan, damai dimulai bukan dari luar, melainkan dari hati yang bersedia memahami dan mengasihi tanpa syarat. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Waisak 2025: Refleksi Ajaran Buddha, Menyemai Cinta Kasih dan Kedamaian
Pewarta | : Mutakim |
Editor | : Ronny Wicaksono |