TIMES WAMENA, JAKARTA – Negara Bagian Virginia, Amerika Serikat, terpaksa menyatakan keadaan darurat menyusul terancamnya program bantuan pangan bagi ratusan ribu warganya. Krisis ini dipicu oleh penghentian kegiatan pemerintahan (shutdown) federal yang membuat anggaran untuk program Supplemental Nutrition Assistance Program (SNAP) terhenti.
Gubernur Virginia Glenn Youngkin mengungkapkan keprihatinannya yang mendalam. Ia menyatakan bahwa shutdown akan mengakibatkan bantuan pangan tidak dapat lagi disalurkan kepada lebih dari 850.000 warga Virginia yang membutuhkan, efektif mulai 1 November 2025.
"Saya menolak membiarkan warga Virginia yang lapar dijadikan 'alat tawar-menawar' oleh kubu Demokrat di Kongres," tegas Youngkin dalam pernyataannya pada Kamis waktu setempat. Ia menjelaskan bahwa deklarasi keadaan darurat ini adalah langkah untuk melindungi warga yang paling rentan.
Youngkin juga secara khusus menyerukan kepada kedua Senator Virginia, Mark Warner dan Tim Kaine, untuk segera bertindak. Ia mendesak mereka untuk "mengakhiri kebodohan ini" dan menyetujui anggaran yang tertahan.
Shutdown terjadi karena tahun fiskal baru AS yang dimulai 1 Oktober tidak diiringi dengan disahkannya anggaran oleh Kongres, sehingga banyak operasi pemerintah federal terpaksa dihentikan. Situasi ini dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk kepentingan politik.
Mantan Presiden Donald Trump sebelumnya mengaku bisa memanfaatkan momen shutdown untuk melakukan pemangkasan besar-besaran terhadap pegawai dan anggaran. Sementara itu, Gedung Putih dituding memanfaatkan situasi untuk menghapus program-program yang tidak disukai oleh Partai Republik, memperlihatkan tarik-ulur politik yang berpotensi mengorbankan kepentingan publik. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Krisis di Virginia, Shutdown Pemerintah AS Ancam Bantuan Pangan untuk 850.000 Warga
| Pewarta | : Antara |
| Editor | : Faizal R Arief |