Pendidikan

Menuju Indonesia 2045, Merdeka Belajar Mendorong Lompatan Kreativitas

Selasa, 30 Maret 2021 - 20:11
Menuju Indonesia 2045, Merdeka Belajar Mendorong Lompatan Kreativitas Plt. Kepala Pusdatin Kemendikbud, Dr. M. Hasan Chabibie. (FOTO: Pusdatin Kemendikbud RI)

TIMES WAMENA, JAKARTA – Tahun 2045 dianggap sebagian pihak sebagai momentum bangkitnya Indonesia. Karena, bertepatan dengan 100 tahun Indonesia merdeka, sekaligus juga potensi bonus demografi.

Hal ini disampaikan Plt. Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Kemendikbud Dr. M. Hasan Chabibie, dalam agenda Indonesia Outlook 2021, yang digelar KlickCoaching pada Selasa (30 Maret 2021).

Pada agenda ini, hadir beberapa narasumber di antaranya Mirdal Akib (CEO Media Group), Bagja Mulyanto (Direktur Keuangan Bulog), Sitta Rosdaniyah (praktisi bisnis dan professional), Choirul Anam (Koordinator PPI Dunia), Budy Sugandi (CEO KlickCoaching) dan beberapa narasumber lain.

Dalam sektor pendidikan, M. Hasan Chabibie menilai bahwa Indonesia menuju track yang tepat. Meski dalam situasi pandemi, kita semua harus optimis untuk perbaikan pendidikan.

"Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah melakukan langkah-langkah untuk percepatan di semua lini terkait sektor pendidikan dan kebudayaan. Mas Menteri Nadiem Makarim menyampaikan konsep Merdeka Belajar sebagai sebuah langkah percepatan dari skenario untuk menghadirkan pendidikan yang berkualitas," demikian ungkap Hasan.

Hasan juga menyampaikan bahwa ada beberapa hal yang akan dirombak dalam aktifitas ke depan. Di antaranya yang paling inti kita mengambil filosofi dari Merdeka Belajar.

"Kita tidak berharap pendidikan pada akhirnya membatasi. Kita tidak berharap pendidikan pada akhirnya memenjarakan. Kita juga tidak harap pendidikan menjadi sesuatu yang sifatnya rutin, sehingga tidak ada gagasan-gagasan segar di sana," terang Hasan, yang juga Pengasuh Pesantren Baitul Hikmah, Depok, Jawa Barat.

Hasan menambahkan, filosofi merdeka belajar ini, menjadi sesuatu yang mutlak untuk disampaikan.

"Ada kebijakan-kebijakan yang didorong. Dulu ada pembatasan dana operasional sekolah. Nah, ini kemudian bisa disederhanakan. Kepala sekolah yang paling mengerti kebutuhan sekolah dengan dana operasional," ujarnya.

Hasan Chabibie menjelaskan ada perbaikan kebijakan anggaran menjadi lebih berpihak. Daerah di luar Jawa, mendapatkan akses dan rekapitulasi anggaran yang lebih besar, dibandingkan daerah di Jawa.

"Nah, kemudian persiapan kompetensi. Program Kampus Merdeka yang dicanangkan Mas Menteri, ada 20 SKS yang diharapkan memberikan pengalaman baru. Karena, problem kita, tentang kesiapan dengan dunia usaha," jelas Hasan, yang menulis buku 'Literasi Digital'.

Ia mengungkap, bahwa pengalaman baru yang coba dihadirkan, interaktif dengan start-up, dengan pemerintah daerah setempat. Nah, pengalaman itu diharapkan mampu menajamkan teori-teori yang selama ini diajarkan di perguruan tinggi.

"Kami sadar bahwa pendidikan itu bukan proses fabrikasi, yang hasilnya langsung kelihatan. Biasanya butuh waktu sekitar 20 tahun untuk melihat proses dari pendidikan. Kami ingin agar nanti pada 2045, pada momentum Indonesia emas, kita menuai hasil yang maksimal bersamaan dengan optimalisasi bonus demografi," ungkapnya.

Hasan Chabibie menilai bahwa pendidikan Indonesia membutuhkan dukungan penuh bagi semua pihak untuk mencipta perbaikan. Sinergi dan kolaborasi antar pihak menjadi hal penting yang sangat diharapkan untuk menuju Indonesia 2045 (*)

Pewarta : Munawir Aziz
Editor : Munawir Aziz
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Wamena just now

Welcome to TIMES Wamena

TIMES Wamena is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.