TIMES WAMENA, JAKARTA – Perut buncit kerap dianggap sebagai persoalan estetika belaka. Padahal, di balik penampilan yang kurang ideal tersebut, tersembunyi berbagai risiko kesehatan yang serius.
Lemak yang menumpuk di area perut, terutama lemak viseral (lemak yang menyelimuti organ-organ dalam rongga perut), memiliki kaitan erat dengan penyakit jantung, diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, hingga kanker.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI, prevalensi obesitas sentral (perut buncit) pada penduduk dewasa di Indonesia terus meningkat. Gaya hidup modern yang minim aktivitas fisik dan pola makan tinggi kalori menjadi penyebab utama.
Namun, banyak orang masih belum menyadari bahwa perut buncit bukan sekadar masalah berat badan, melainkan indikator dari sindrom metabolik yang berbahaya.
Mengapa Perut Buncit Terjadi?
Mandy Enright, RD, ahli diet dalam EatingWell menjelaskan bahwa lemak viseral adalah lemak yang berada di bagian tengah tubuh. "Tepatnya di balik otot perut. Lemak ini sebenarnya lebih mudah dihilangkan dibandingkan lemak subkutan karena lebih cepat dimetabolisme," ungkapnya.
Hal tersebut menguatkan pemahaman bahwa lemak viseral bukan hanya lemak perut biasa, melainkan massa lemak dalam yang metabolik aktif, dengan dampak kesehatan serius seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan kanker.
Risiko Kesehatan
Lemak viseral berperan dalam gangguan metabolik karena memproduksi senyawa inflamasi dan hormon yang mengganggu kerja insulin. Akibatnya, orang dengan perut buncit memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung koroner, diabetes tipe 2, dislipidemia (kolesterol tinggi), dan hipertensi (tekanan darah tinggi).
Sebuah studi dari Harvard Medical School juga menyebutkan bahwa seseorang dengan ukuran lingkar perut di atas normal atau lebih dari 90 cm untuk pria dan 80 cm untuk wanita berisiko dua kali lipat mengalami serangan jantung dibandingkan mereka yang memiliki lingkar perut ideal.
Cara Mengatasi Perut Buncit
Kabar baiknya, perut buncit bisa diatasi dengan konsistensi dalam menjalankan pola hidup sehat. Berikut langkah-langkah yang direkomendasikan oleh para ahli.
1. Perbaiki Pola Makan
Hindari makanan olahan tinggi gula dan lemak jenuh. Perbanyak konsumsi sayur, buah, protein tanpa lemak, dan biji-bijian utuh. Kurangi asupan gula tambahan dan minuman berpemanis.
2. Aktif Bergerak dan Olahraga Teratur
Lakukan aktivitas fisik minimal 150 menit per minggu. Kombinasikan olahraga kardio seperti jalan cepat, berenang, atau bersepeda dengan latihan kekuatan untuk membakar lemak secara optimal.
3. Tidur Cukup dan Kelola Stres
Kurang tidur dan stres kronis dapat meningkatkan hormon kortisol yang memicu penumpukan lemak di perut.
4. Batasi Konsumsi Alkohol dan Makanan Manis
Minuman beralkohol tinggi kalori dan dapat memperburuk akumulasi lemak viseral. Mengurangi atau menghindari alkohol sangat disarankan. Makanan manis juga memiliki hubungan erat dengan perut buncit, terutama karena kandungan gulanya yang tinggi berkontribusi langsung pada penumpukan lemak viseral.
Mandy Enright juga menyarankan untuk memperhatikan asupan gula tersembunyi. "Gula tambahan sering tersembunyi dalam produk olahan yang terlihat sehat, seperti yogurt rendah lemak atau granola bar. Membaca label nutrisi adalah langkah penting," tambahnya.
Perut buncit bukan hanya soal ukuran celana yang membesar. Ia adalah sinyal tubuh bahwa ada sesuatu yang tidak seimbang secara metabolik. Kesadaran dini, didukung edukasi dan tindakan nyata, adalah langkah penting untuk mencegah risiko yang lebih besar di masa depan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Perut Buncit: Ancaman Kesehatan yang Sering Diabaikan dan Cara Mengatasinya
Pewarta | : Khodijah Siti |
Editor | : Khodijah Siti |